Kejadian bencana sangat merugikan banyak sektor, termasuk sektor pendidikan. Sekolah yang berada di daerah rawan bencana rentan terhadap kerusakan bangunan yang dapat menimbulkan korban jiwa dan masalah psikologis bagi siswa. Jumlah fasilitas pendidikan yang rusak akibat bencana di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak 1.272 unit dan pada  tahun 2018 meningkat 36 persen menjadi 1.736 unit. Bencana juga dapat memiliki efek fisik dan mental yang luar biasa pada anak-anak. Secara fisik, anak dapat terkena gangguan kesehatan seperti gizi buruk akibat sulitnya mengakses makanan sehat dan rentan terhadap penyakit akibat kondisi lingkungan yang tidak higienis dan kurangnya air minum yang bersih. Bencana juga menyebabkan anak-anak berisiko tinggi mengalami gangguan kejiwaan yang dapat membuat mereka stres, trauma, dan depresi.

Mempertimbangkan pentingnya upaya penanggulangan bencana di bidang pendidikan, dokumen-dokumen tingkat tinggi seperti Kerangka Aksi Hyogo  2005 - 2015  and  Kerangka Kerja Sendai Untuk Pengurangan Bencana 2015 – 2030 telah memperkenalkan perhatian terhadap keamanan sekolah dari bencana dan secara khusus pada tahun 2015 dicetuskan program Worldwide Initiative for Safe Schools (WISS). Program WISS kemudian diwujudkan di Indonesia sebagai program Satuan Pendidikan  Aman Bencana (SPAB) yang didukung oleh BNPB, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), dan LSM lain yang bergerak di bidang pendidikan dan perlindungan anak.

Seminar Nasional Manajemen Bencana yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Bencana LPPM Universitas Sebelas Maret ini ingin memasyarakatkan bagaimana dampak bencana terhadap sector Pendidikan dan bagaimana membangun satuan Pendidikan Tangguh bencana.

Announcements